Jumat, 11 Januari 2013

"" Makna Perayaan Hari Raya Saraswati ""



“”MAKNA PERAYAAN HARI RAYA SARASWATI””



   Hari raya Saraswatiadalah hari yang penting bagi umat hindu, khususnya bagi siswa sekolah dan penggelut dunia pendidikan karena Umat Hindu mempercayai hari Saraswati adalah turunnya ilmu pengetahuan yang suci kepada umat manusia untuk kemakmuran, kemajuan, perdamaian, dan meningkatkan keberadaban umat manusia. Hari raya Saraswati diperingati setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari Saniscara Umanis wuku Watugunung.
Di hari Saraswati biasanya pagi2 para siswa sekolah sudah sibuk mempersiapkan upacara sembahyang di sekolah masing2, sehabis itu biasanya para siswa melanjutkan sembahyang ke pura2 lainnya. Dan pura yang menjadi paforit adalah pura Jagatnatha yang ada dipusatkota. Di sekolah, di pura, di rumah maupun di perkantoran semua buku, lontar, pustaka2 dan alat2 tulis di taruh pada suatu tempat untuk diupacarai.Adamitos pada hari Saraswati tidak diperbolehkan untuk menulis dan membaca lho…
Hari Raya Saraswati yaitu hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya.
Dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan.
Beliau disimbolkan sebagai seorang dewi yang duduk diatas teratai dengan berwahanakan se-ekor angsa (Hamsa) atau seekor merak, berlengan empat dengan membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kiri membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan gitar membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kin membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan veena atau bermudra memberkahi.
Makna dan simbol-simbol ini adalah:
1. Berkulit putih, bermakna: sebagai dasar ilmu pengetahuan (vidya) yang putih, bersih dan suci.
2. Kitab/pustaka ditangan kiri, bermakna: Semua bentuk ilmu dan sains yang bersifat se-kular. Tetapi walaupun vidya (ilmu pengetahuan spiritual) dapat mengarahkan kita ke moksha, namun avidya (ilmu pengetahuan sekular jangan diabaikan dulu). Seperti yang dijelaskan Isavasya-Upanishad: “Kita melampaui kelaparan dan da-haga melalui avidya, kemudian baru melalui vidya meniti dan mencapai moksha.”
3. Veena, bermakna : seni, musik, budaya dan suara AUMJuga merupakan simbol keharmonisan pikiran, budhi, kehidupan dengan alam lingkungan.
4. Akshamala/ganatri/tasbih di tangan kanan, bermakna: Ilmu pengetahuan spiritual itu lebih berarti daripada berbagai sains yang bersifat secular (ditangan kiri). Akan tetapi bagaimanapun pentingnya kitab-kitab dan ajaran berbagai ilmu pengetahuan, namun tanpa penghayatan dan bakti yang tulus, maka semua ajaran ini akan mubazir atau sia-sia.
5. Wajah cantik jelita dan kemerah-merahan, bermakna: Simbol kebodohan dan kemewahan duniawi yang sangat memukau namun menye-satkan (avidya).
6. Angsa (Hamsa), melambangkan: Bisa me-nyaring air dan memisahkan mana kotoran dan mana yang bisa dimakan, mana yang baik mana yang buruk, walaupun berada di dalam air yang kotor dan keruh maupun Lumpur, (simbol vidya).
7. Merak , bermakna: berbulu indah, cantik dan cemerlang biarpun habitatnya di hutan. Dan ber-sama dengan angsa bermakna sebagai wahana (alat, perangkat, penyampai pesan-pesan-Nya).
8. Bunga Teratai/Lotus, bermakna: bisa tumbuh dengan subur dan menghasilkan bunga yang in-dah walaupun hidupnya di atas air yang kotor.
Upacara pada hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaran-ajaran agama, kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai
Widhi widhana (bebanten = sesajen) terdiri dari peras daksina, bebanten dansesayut Saraswati, rayunan putih kuning serta canang-canang, pasepan, tepung tawar, bunga, sesangku (samba = gelas), air suci bersih dan bija (beras) kuning.
Pemujaan / permohonan Tirtha Saraswati dilakukan mempergunakan bahan-bahan: air, bijamenyan astanggi dan bunga.
§  Ambil setangkai bunga, pujakan mantraOm, puspa danta ya namah.
§  Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi, denganmantram “Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami“.
§  Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).
§  Ambil beras kuning dengan mantram : “Om, kung kumara wijaya Om phat“.
§  Masukkan kedalam sesangku.
§  Setangkai bunga dipegang, memusti dengan anggaranasika, dengan mantram sebagai berikut :

“”Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama rupini Siddha rastu karaksami Siddhi bhawantu sadam””
Artinya: Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami dilindungi dengan sesempurna-sempurnanya. Semoga kami selalu dilimpahi kekuatan.
 Sumber:http://pmhdwarmadewa.wordpress.com/2012/01/05/makna-dan-inti-perayaan-hari-raya-saraswati. Pelaksanaan hari sarasvati.

Selasa, 08 Januari 2013

'''' MUSIBAH GENETIK PALING MENGEJUTKAN DI DUNIA""

           Bayi sehat dan normal tentu menjadi dambaan semua orang tua. Sayangnya, hal itu selalu tercapai. Beberapa orang terpaksa menelan pil pahit saat mengetahui anaknya terlahir tidak normal.

'Musibah genetik' ternyata menimpa anak-anak di seluruh penjuru dunia. Beberapa kasus di antaranya sangat langka dan mengejutkan. Ada yang mencoba mengungkapnya secara ilmiah, namun ada juga yang menganggapnya sebagai kutukan. Kelainan genetik mengejutkan apa saja yang pernah terjadi sejauh ini? Bagaimana pula reaksi atas kelainan

1. Bayi Mirip Kodok

Bayi Mirip Kodok

Bayi pasangan Nir Bahadur Karki dan Suntali Karki ini lahir di Nepal pada tahun 2006 lalu. Dia terlahir tanpa leher, dengan mata melotot yang sangat mirip dengan katak.

Sayangnya usia bayi berbobot 2 kg ini ternyata tidak lama. Setelah menghirup udara selama setengah jam, bayi yang lahir dengan persalinan normal ini dinyatakan meninggal dunia.

2. Manusia Berekor

Manusia Berekor

Pria bernama Chandre Oram ini telah menjadi pusat perhatian sejak lahir. Bagaimana tidak, ekor sepanjang 13 inch telah tumbuh di atas pantatnya sejak bayi.

Manusia Berekor

Namun ekor ini tak membuat Chandre dikucilkan. Masyarakat justru menganggapnya sebagai manusia ajaib yang melakukan hal di luar orang normal. Masyarakat percaya bahwa siapapun yang memegang ekor Chandre akan sembuh dari segala macam penyakit.

3. Bayi Mata Satu

Bayi Mata Satu

Tahun 2006, seorang bayi terlahir dengan kondisi aneh. Bayi ini hanya memiliki satu mata yang letaknya persis di tengah. Menurut pihak medis, kondisi bernama cyclopia ini terjadi karena obat kanker yang dikonsumsi sang ibu.

Dengan kondisi yang sangat lemah, bayi ini berusaha bertahan hidup. Sayangnya, dia dinyatakan meninggal dunia beberapa hari kemudian.

4. Jari Raksasa

Jari Raksasa

Wanita China ini mengalami kondisi yang bernama macrodactyly, yang membuat jari-jarinya jadi super besar. Jempol Lui Hua membengkak hingga ukuran 10,2 inch, sedangkan telunjuknya hampir mencapai 12 inch.

20 Juli 2007, dia menjalani operasi selama tujuh jam untuk mengurangi dagingnya. Setelah berhasil mengambil 11 pon daging, Lui berlanjut pada operasi kedua yang dilakukan tak lama setelah operasi pertama.

5. Kaki Terbalik

Kaki Terbalik

Wang Fang (27) lahir dengan kondisi kaki terbalik. Alhasil, jemari kakinya malah menghadap ke belakang. Namun kondisi ini ternyata tak membuat Wang Fang menyerah. Dia pun mulai belajar menyesuaikan diri dengan kondisi tubuhnya. Dia bahkan bisa berlari kencang layaknya orang normal.

"Tak ada alasan menyebutku cacat," ungkapnya.

6. Bayi Bertangan Tiga

Bayi Bertangan Tiga

Kasus lain kembali terjadi di negara China. Tahun 2006, seorang bayi bernama Liu Junjie lahir di Provinsi Anhui, China dengan tiga tangan. Kondisi memang sangat jarang dan langka. Sang bayi harus menjalani terapi khusus agar tangan-tangan itu berfungsi sebagaimana mestinya.

7. Nipple di Kaki

Nipple di Kaki

Seorang wanita 22 tahun dilaporkan mengalami kelainan di kakinya. Nipple ketiga dikabarkan tumbuh di telapak kakinya. Tonjolan itu jelas bukan kutil atau sejenisnya karena tumbuh lengkap dengan areoladan rambut yang biasa tumbuh di sekitar puting dada.

8. Wanita Terkurus di Dunia

Wanita Terkurus di Dunia

Kondisi wanita 21 tahun ini memang berbeda dari teman-teman seusianya. Sebanyak apapun makanan yang dimakannya, dia takkan bertambah gemuk. Dokter mengungkapkan bahwa wanita bernama Lizzie Velasquez ini menderita penyakit neonatal progeroid.

Wanita Terkurus di Dunia
Penderita penyakit ini cenderung mengalami penurunan berat badan dalam waktu singkat. Dia harus makan setiap 15 menit agar dapat bertahan hidup. Selain itu, Lizzie juga mengalami penuaan dini yang sangat parah.

''' 10 TRADISI SEKSUAL MENCENGANGKAN DI SELURUH DUNIA'''


     Kehidupan seksual seringkali dianggap salah satu kemewahan setiap manusia. Dan terkadang sudah menjadi kodrat jika seseorang ingin memenuhi kebutuhan itu dengan cara pernikahan.
Namun tahukah kamu, rupanya di dunia ini ada beberapa tempat yang memiliki tradisi seksual yang dianggap tak masuk akal dan mengagetkan. Saking anehnya, tradisi-tradisi itu dianggap tak masuk logika manusia.

Tak percaya? Baca informasi berikut ini, namun tak dianjurkan untuk dicoba karena ini semua hanyalah tradisi turun-temurun di tempat tersebut.


1. The Sambians: Suku Peminum Air Mani

The Sambians: Suku Peminum Air Mani

Untuk menjadi seorang pria dalam suku primitif ini, bocah laki-laki akan dipisahkan dari perempuan semenjak berusia 7 tahun dan hidup dengan sesama pria selama 10 tahun. Selama masa itu, mereka akan dijauhi dari seluruh sifat perempuan termasuk meminum air mani para tetua yang dipercaya mempertahankan pertumbuhan dan kekuatan sampai akhirnya kembali ke suku. Menjijikkan? Itulah kebudayaan suku di Papua Nugini ini.

2. The Mardudjara: Pemotongan Organ Intim

The Mardudjara: Pemotongan Organ Intim

Tradisi terpenting dari suku Mardudjara Aborigin di Australia ini bisa dibilang cukup mengerikan. Mereka melakukan sunat barbar kepada organ intim para pria di sana. Di mana organ intim pria itu dipotong memanjang ke bawah sampai bagian scrotum dan darah yang menetes ke api dianggap memurnikannya. Sehingga bisa mengubah saluran buang air kecil bagi para pria. Hanya pertanyaannya adalah, bukankah itu akan merusak organ intim pria secara medis?

3. The Trobrianders: Berhubungan Seks Saat Muda

The Trobrianders: Berhubungan Seks Saat Muda

Suku primitif di pedalaman Papua Nugini ini tampaknya bisa menjadi studi kasus dalam konseksuensi revolusi seksual. Bagaimana tidak, anak-anak di sana memulai berhubungan seksual pada usia 6-8 tahun untuk wanita dan 10-12 tahun untuk pria tanpa stigma sosial. Tradisi ini sudah menjadi hal yang terjadi di suku tersebut dan tak ayal sebagai pemicu berkembangnya penyakit AIDS secara mengerikan di pedalaman Papua.

4. Saut d'Eau: Ritual Voodoo dan Cinta

Saut d'Eau: Ritual Voodoo dan Cinta

Jika kamu bepergian ke Haiti dan mengunjungi air terjun Saut d'Eau di bulan Juli, maka kamu akan melihat ritual yang cukup cabul. Kalau kamu berpikir bahwa praktisi Voodoo akan melakukan persembahan untuk dewi cinta dengan cara normal maka itu salah. Akan ada sekelompok orang telanjang yang memutar dan menggeliat di dalam lumpur yang bercampur dengan darah hewan kurban seperti kepala sapi dan kambing.

5. The Nepalese: Berbagi Istri

The Nepalese: Berbagi Istri

Ada sebuah kasus di kawasan Himalaya, di mana hanya ada sedikit lahan yang tersedia untuk pertanian. Keluarga dengan lebih dari satu anak dihadapkan dengan pembagian tanah mereka untuk setiap anak yang akan berkeluarga. Bagaimana solusinya? Akhirnya mereka mencari satu saja istri untuk anak-anak mereka agar hidup bersama tanpa membagi tanah keluarga. Sulit untuk dibayangkan.
6. The Wodaabee: Mencuri Istri Orang

The Wodaabee: Mencuri Istri Orang

Suku Wodaabe di Nigeria, Afrika Barat dikenal dengan para pria yang suka mencuri istri orang lain. Di mana pernikahan pertama diatur oleh orangtua ketika mereka masih bayi dan harus antara garis keturunan yang sama. Namun di festival tahunan Gerewol, pria Wodaabe memakai make up dan kostum lalu menari untuk mengesankan para wanita serta mencuri istri baru. Jika seorang pria mampu mencuri istri dan tak terdeteksi (terutama dari sang suami yang tak ingin berpisah), maka mereka diakui secara sosial dan disebut menjalani pernikahan atas dasar cinta. Gila? Iya memang.

7. Adegan Seksual Publik

Adegan Seksual Publik

Menurut Sex and Society, ada yang menyebutkan bahwa pasang surut aliran sungai Nil di Mesir dianggap disebabkan oleh ejakulasi Atum (Dewa Penciptaan). Konsep ini memacu karena banyak raja-raja Mesir kuno yang melakukan ritual (maaf) masturbasi ke sungai Nil untuk menjamin kelimpahan air. Karena terinspirasi dengan tindakan itu, maka pria-pria Mesir kuno melakukan festival Dewa Min untuk menirunya.

8. Tradisi Homoseksual

Tradisi Homoseksual

Kasus homoseksual yang akhir-akhir ini menjadi salah satu problematika besar dan nyata di kehidupan masyarakat modern, sepertinya sudah dikenal lebih dulu oleh bangsa Yunani kuno. Di mana mereka tidak membedakan hasrat seksual oleh jenis kelamin namun lebih menekankan pada peran yang dilakukan oleh orang per-orang di sana. Bangsa Yunani kuno percaya saat itu, bahwa mereka yang lebih aktif (tak peduli dengan siapa) akan mendapat status sosial lebih tinggi serta sebaliknya untuk yang pasif lebih rendah.

9. Pederasty Love

Pederasty Love

Salah satu praktek seksual kontroversial lainnya di Yunani kuno adalah paiderastia. Di mana seorang laki-laki tua dan seorang pemuda remaja terlibat dalam sebuah hubungan. Yunani kuno percaya bahwa pria masih dianggap anak laki-laki sampai jenggotnya tumbuh dan mereka yang lebih tua berguna untuk mendidik, melindungi, dan mencintai yang lebih muda dengan jaminan pahala. Entah siapa yang menjaminkan pahala untuk mereka.

10. Membayar Pernikahan Sementara

Membayar Pernikahan Sementara

Di negara seperti Iran, ada kondisi ketika pasangan muda yang ingin berhubungan seks namun belum menikah bisa meminta pernikahan sementara. Mereka diperbolehkan membayar sejumlah uang untuk upacara singkat dengan kontrak tertulis mengenai waktu yang diinginkan tanpa bertentangan dengan hukum yang ada.

''' Makna Hari Raya Siwe Ratri '''



‘’’ MAKNA HARY RAYA SIWERATRI “”




Perayaan Siwa Ratri adalah salah satu bentuk ritual Hindu yang mengajarkan kita untuk selalu memelihara kesadaran diri agar terhindar dari perbuatan dosa dan papa. Diakui atau tidak, manusia sering lupa, karena memiliki keterbatasan. Kerena sering mengalami lupa itu, maka setiap tahun pada sasih kepitu (bulan ketujuh menurut penanggalan Bali), dilangsungkan upacara Siwa Ratri dengan inti perayaan malam pejagraan. Pejagraan yang asal katanya jagra itu artinya sadar, eling atau melek. Orang yang selalu jagralah yang dapat menghindar dari perbuatan dosa.

Dalam Bhagavadgita III, 42, dinyatakan, orang akan memiliki alam pikiran jernih, apabila atman atau jiwa yang suci itu selalu menyinari budhi atau alam kesadaran. Budhi (kesadaran) itu menguasai manah (pikiran). Manah menguasai indria. Kondisi alam pikiran yang struktural dan ideal seperti itu amat sulit didapat. Ia harus selalu diupayakan dengan membangkitkan kepercayaan pada Tuhan sebagai pembasmi kegelapan jiwa. Siwa Ratri (Ratri juga sering ditulis Latri) adalah malam untuk memusatkan pikiran pada Sanghyang Siwa guna mendapatkan kesadaran agar terhindar dari pikiran yang gelap. Karena itu, Siwa Ratri lebih tepat jika disebut ”malam kesadaran” atau ”malam pejagraan”, bukan ”malam penebusan dosa” sebagaimana sering diartikan oleh orang yang masih belum mendalami agama. 
Memang, orang yang selalu sadar akan hakikat kehidupan ini, selalu terhindar dari perbuatan dosa. Orang bisa memiliki kesadaran, karena kekuatan budhinya (yang menjadi salah satu unsur alam pikiran) yang disebut citta. Melakukan brata Siwa Ratri pada hakikatnya menguatkan unsur budhi. Dengan memusatkan budhi tersebut pada kekuatan dan kesucian Siwa sebagai salah satu aspek atau manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa, kita melebur kegelapan yang menghalangi budhi dan menerima sinar suci Tuhan. Jika budhi selalu mendapat sinar suci Tuhan, maka budhi akan menguatkan pikiran atau manah sehingga dapat mengendalikan indria atau Tri Guna.
Siwa Ratri pada hakikatnya kegiatan Namasmaranâm pada Siwa. Namasmaranâm artinya selalu mengingat dan memuja nama Tuhan yang jika dihubungankan dengan Siwa Ratri adalah nama Siwa. Nama Siwa memiliki kekuatan untuk melenyapkan segala kegelapan batin. Jika kegelapan itu mendapat sinar dari Hyang Siwa, maka lahirlah kesadaran budhi yang sangat dibutuhkan setiap saat dalam hidup ini. Dengan demikian, upacara Siwa Ratri sesungguhnya tidak harus dilakukan setiap tahun, melainkan bisa dilaksanakan setiap bulan sekali, yaitu tiap menjelang tilem atau bulan mati. Sedangkan menjelang tilem kepitu (tilem yang paling gelap) dilangsungkan upacara yang disebut Maha Siwa Ratri. Untuk dapat mencapai kesadaran, kita bisa menyucikan diri dengan melakukan sanca. Dalam Lontar Wraspati Tattwa disebutkan, Sanca ngaranya netya majapa maradina sarira. Sanca itu artinya melakukan japa dan membersihkan tubuh. Sedang kitab Sarasamuscaya menyebutkan, Dhyana ngaranya ikang Siwasmarana, artinya, dhyana namanya (bila) selalu mengingat Hyang Siwa.
Di India, setiap menjelang bulan mati (setiap bulan) umat Hindu menyelenggarakan Siwa Ratri dan tiap tahun merayakan Maha Siwa Ratri. Keutamaan brata Siwa Ratri banyak diuraikan dalam pustaka berbahasa Sanskerta, Jawa Kuno dan Bali. Ini suatu pertanda, bah-wa Siwa Ratri dari sejak dahulu sudah dirayakan baik oleh umat Hindu di India, maupun di Jawa dan Bali. Dalam kepustakaan Sanskerta, keutamaan brata Siwa Ratri diuraikan dalam kitabkitab Purana, misalnya Siwa Purana, Skanda Purana, Garuda Purana dan Padma Purana. Siwa Purana, pada bagian Jñana Samhita memaparkan keutamaan brata Siwa Ratri dan tata-cara merayakan malam suci terbut. Di situ ada dimuat tentang dialog antara seseorang bernama Suta dan para rsi. Dalam percakapan tersebut, dikisahkanl seseorang yang kejam bernama Rurudruha. Ia menjadi sadar akan dosa-dosa yang telah diperbuat setelah melakukan brata Siwa Ratri. Berkat bangkitnya kesadarannya, ia tinggalkan semua perbuatan dosa, lalu dengan mantap berjalan di jalan dharma.
Di antara berbagai brata, mengunjungi tempat suci, memberi dana punya yang mahal seperti batu mulia (emas dan permata), melakukan berbagai jenis upacara Yajña, berbagai jenis tapa dan melakukan berbagai kegiatan Japa atau mantra untuk memuja keagungan-Nya,semuanya itu tidak ada yang melebih keutamaan brata Sivaratri.
Sejalan dengan pernyataan di atas, kakawin Sivaratri Kalpa menyatakan keutamaan Brata Sivaratri seperti diwedarkan oleh Sang Hyang Siva sebagai berikut: ”Setelah seseorang mampu melaksanakan Brata sebagai yang telah Aku ajarkan, kalahlah pahala dari semua upacara Yajña, melakukan tapa dan dana punya demikian pula menyucikan diri ke tempat-tempat suci, pada awal penjelmaan, walaupun seribu bahkan sejuta kali menikmati Pataka (pahala dosa dan papa), tetapi dengan pahala Brata Sivaratri ini, semua Pataka itu lenyap”.
 ”Walaupun benar-benar sangat jahat, melakukan perbuatan kotor, menyakiti kebaikan hati orang lain, membunuh pandita (orang suci) juga membunuh orang yang tidak bersalah, congkak dan tidak hormat kepada guru, membunuh bayi dalam kandungan, seluruh kepapaan itu akan lenyap dengan melakukan Brata Sivaratri yang utama, demikianlah keutamaan dan ketinggian Brata (Sivaratri) yang Aku sabdakan ini” (Sivaratri kalpa, 37, 7-8) Sumber Sastra itihasa Dalam Itihasa, Sivaratri terdapat dalam Mahabharata, yaitu pada Santi Parva, dalam episode ketika Bhisma sedang berbaring di atas anak-anak panahnya Arjuna, menunggu kematian, sambil membahas dharma, mengacu kepada perayaan Maha Sivaratri oleh raja Citrabhanu, raja Jambudvipa dari dinasti Iksvaku. Raja Citrabhanu bersama istrinya melakukan upavasa pada hari Maha Sivaratri. Rsi Astavakra bertanya: “Wahai sang raja, mengapa kalian berdua melakukan upavasa pada hari ini? Sang raja dianugerahi ingatan akan punarbhawa sebelumnya, lalu ia menjelaskan kepada sang rsi. “Dalam kehidupanku terdahulu aku adalah seorang pemburu di Varanasi yang bernama Susvara. Kebiasaanku adalah membunuh dan menjual burung-burung dan binatang lainnya. Suatu hari aku berburu ke hutan, aku menangkap seekor kijang, namun hari keburu gelap. Aku tidak bisa pulang, kijang itu kuikat di sebatang pohon. Lalu aku naik sebatang pohon bilva. Karena aku lapar dan haus, aku tidak dapat tidur. Aku teringat anak istriku yang malang di rumah, menungguku pulang dengan rasa lapar dan gelisah. Untuk melewatkan malam aku memetik daun bilva dan menjatuhkannya ke tanah.” Kisah selanjutnya mirip denga kisah Lubdaka di Indonesia.
Purana
Sivaratri juga dimuat dalam purana-purana, yang umumnya berisi kisah-kisah pemburu yang sadar, seperti berikut:
Pertama, Siva Purana (bagian Jnanasamhita). Pada bagian ini memuat percakapan antara Suta dengan para rsi, menguraikan pentingnya upacara Sivaratri. Seseorang bernama Rurudruha seperti telah disinggung di atas.
 Kedua, Skanda Purana (bagian Kedarakanda). Pada bagian Kedarakanda antara lain memuat percakapan antara Lomasa dengan para rsi. Lomasa menceritakan kepada para rsi tentang si Canda yang jahat, pembunuh segala mahluk, sampai membunuh brahmana, akhirnya dapat mengerti dan menghayati apa yang disebut ”kebenaran” Dalam Skanda Purana juga diceritakan kisah seorang pemburu yang identik dengan kisah pemburu dalam Santi Parva
Ketiga, Garuda Purana (bagian Acarakanda). Bagian ini memuat uraian singkat tentang Sivaratri diceritakan bahwa Parvati bertanya tentang brata yang terpenting. Siva menguraikan tentang pelaksanaan vrata Sivaratri. Seorang raja bernama Sudarasenaka pergi berburu ke hutan bersama seekor anjing. Rangkaian kisah inipun tidak berbeda dengan kisah pemburu di atas. Keempat, Padma Purana (bagian Uttarakanda). Bagian ini memuat percakapan raja Dilipa denganWasista. Wasista menceritakan bahwa Sivaratri adalah vrata yang sangat utama, antara bulan Magha dan Palghuna. Dalam Padma Purana, pemburu itu bernama Nisadha. Berkat vrata Sivaratri yang dilakukannya berhasil membawanya ke Siva loka.