BAB II
ASAL USUL
KEHIDUPAN DAN ASAL USUL VARIABILITAS
1. Asal Usul Kehidupan
Suatu
benda dikatakan hidup jika mampu menunjukkan ciri-ciri kehidupan yaitu :
memerlukan nutrisi, bergerak, bernafas, tumbuh dan berkembang, melakukan
ekskresi/ pengeluaran sisa-sisa metabolism, berkembang biak, peka terhadap
rangsangan (iritabilita), koordinasi, dan adaptasi.
Bagaimana
makhluk hidup pertama lahir masih merupakan misteri yang belum bisa diungkap
para ilmuan. Secara umum Teori asal usul kehidupan ada dua, yaitu abiogenesis
( makhluk hidup berasal dari benda mati) dan biogenesis (makhluk hidup
brasal dari makhluk hidup juga).
a.
Teori Abiogenesis
Tokoh
teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filosof
dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa
makhluk hidup yang pertama kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati.
Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan
yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil
perkimpoian dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan
bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.
Menurut
penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau
secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut juga
paham generation spontaneae. Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation
spontanea kita gabungkan, maka pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup
yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terjadinya
secara spontan, misalnya :
1) ikan
dan katak berasal dari Lumpur.
2) Cacing
berasal dari tanah, dan
3) Belatung
berasal dari daging yang membusuk.
Paham
abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (Ratusan
Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17. Pada pertengahan abad
ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat
digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada
setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil
pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka.
b. Teori Biogenesis
Walaupun
telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham
abiogenesis. Orang –orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis
tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah tentang asal usul
kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu
antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani ( Italia,
1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895). Beredasarkan hasil
penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation
spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
·
Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)
Untuk menjawab
keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan
percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga
toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut :
Selanjutnya
ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman.
Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori tentang asal usul kehidupan yang dikembangkan pleh beberapa Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Teori Kosmozoa
Arrhenius ( 191 I ) menyatakan bahwa
kehidupan pertama dimulai dari spora-spora kehidupan yang bersarna-sama dengan
partikel debu alam disebarkan dari satu tempat ke tempat lain, di bawah
pengaruh sinar matahari. Tetapi teori ini tidak memperhitungkan adanya
temperatur yang begitu dingin dan juga sangat panas dan sinar - sinar yang
mematikan yang terdapat di angkasa luar, seperti sinar kosmis, sinar ultra
violet dan sinar infra merah.
2. Teori Ciptaan
Teori
ini mengemukakan bahwa kehidupan yang ada di planet diciptakan oleh Tuhan. Bumi
yang dicipta Tuhan pada masa lalu sampai sekarang mempunyai ciri yang tidak
berubah. Mereka mengungkapkan teori ini berdasarkan atas kejadian-kejadian gaib
yang pernah dilihatnya. Kejadian gaib tersebut dianggap sebagai ciptaan Tuhan ,
seperti halnya bumi dan kehidupan yang ada di didalamnya juga diciptakan oleh-Nya.
3. Teori Biologi/Teori
Naturalistik
Alexander
Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The Origin of
Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa paad suatu ketika atmosfer
bumi kaya akan senyawa uap air, CO2, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya
energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet,
memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organik atau
senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi tersebut berlangsung di
lautan.
Senyawa
kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa aseperti Alkohol
(H2H5OH), dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Selama berjuta-juta
tahun, senyawa sederhana tersebut bereaksi membenrtk senyawa yang lebih
kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa kompleks
tersebut merupakan bahan pembentuk sel.
Menurut
Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan maupun di permukaan
daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka
waktu yang amat panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik
yang merupakan sop purba atau Sop Primordial. Senyawa kompleks yang tertimbun
membentuk sop purba di lautan tersebut selanjutnya berkembang sehingga memiliki
kemampuan dan sifat sebagai berikut :
·
Memiliki sejenis membran yang mampu
memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organik
yang terdapat disekelilingnya;
·
Memiliki kemampuan untuk menyerap dan
mengeluarkan molekil-molekul dari dan ke sekelilingnya;
·
Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan
molekul-molekul yang diserap sesuai denagn pola-pola ikatan didalamnya;
·
Mempunyai kemampuan untuk memisahkan
bagian-bagian dari ikatan-ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli
dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa
kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang pertamakali
terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan perkembangan dari sop purba
tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu
mengadan metabolisme, dan mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau
reproduksi.
Walaupun
dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta energi yang berlimpah sehingga
dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks, namun Oparin mengalami
kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme transformasi dari
molekul-molekul protein sebagai abenda tak hidup kebenda hidup.
2. Asal Usul Keanekaragaman (Variabilitas)
Untuk mengetahui bagamana timbulnya keanekaragaman,
kita harus mulai melihat struktur yang paling kecil dari makhluk hidup,
struktur tersebut ada DNA yan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar