Minggu, 19 Februari 2012

invasi,kenetralan ekosistem


Invasi, Kenetralan, dan Keaneka Ragaman Jenis di Ekosistem Didominasi Manusia
A.       Latar belakang
Invasi merupakan perpindahan/Pergerakan makhluk hidup secara besar-besaran yang melanggar batas dari satu daerah ke daerah lain. Invasi menjadi salah satu masalah utama terhadap  kondisi ekologis lingkungan Sehingga mengakibatkan keadaan ekologis yang tidak seimbang. Dari segi pandangan ekologis, invasi dapat menimbulkan perubahan drastis terhadap komunitas yang mengubah struktur dan fungsi dari suatu kondisi ekologis.
Untuk mengantisipasi terjadinya invasi maka memerlukan  sumber daya dan upaya yang maksimal sehingga pengantisipasian ini bisa berjalan dengan sukses. Oleh sebab itu, untuk memerangi invasi harus dilakukan dengan cermat dan bijaksana yakni mempertimbangkan beberapa faktor biotik dan faktor abiotik. Lebih penting lagi, hal demikian harus muncul dari satu pemahaman yang mendalam dari mekanisme evolusiner dan ekologis yang mengoperasikan pada hirarki biologi yaitu, mengawali dari ciri perorangan menandai jenis, latar belakang genetik, fisiologi, perilaku dan riwayat hidup, melalui ini parameter populasi (demografi, fluktuasi, laju pertumbuhan), dan sampai pola dan proses menandai menyerbu komunitas (gubahan, struktur, dan umur).
Beberapa kajian umum tentang akibat dari hasil invasi pada taraf tertentu
*      Berbagai mekanisme dengan jenis, latar belakang genetik, fisiologi, perilaku dan riwayat hidup untuk mengatur populasi sehat.
*      Pertumbuhan populasi cepat, dan luas, serta interaksi antara faktor biotic dan factor abiotik berjalan dengan baik.
*      Harus memiliki kemampuan pembubaran, atau hal sebaliknya mereka hanya dapat diimigrasikan ke tempat terpencil dengan pertolongan dari manusia.
Terjadinya proses invasi secara sukses, maka mempunyai potensial untuk modifikasi struktur komunitas dan fungsi yang lebih tinggi.
Di bawah kita mendiskusikan negatif potensial akibat dari demikian pengurangan di kenetralan pada gaya pegas komunitas.
B. Populasi / taraf jenis
v  mekanisme peningkatan  invasi Evolusiner
Dalam melakukan perpindahan atau pergerakan jenis dari lingkungan satu ke lingkungan yang lain di bantu oleh manusia maka akan menjadi lebih baik dan teratur. Beberapa jenis mungkin bahkan atur ke serbu alam lingkungan baru diantara kesempatan sementara pendek, gangguan seperti itu pada habitat lagi. Dalam kasus demikian, jenis mungkin masuk lingkungan selama satu berkala gangguan, dengan cepat mendirikan satu populasi terdukung sendiri, kecil seperti ini, dan tersisa di lingkungan baru sekalipun kondisi kembali ke sesuatu awal. Antara lain, Seabloom et al. (2003) disarankan itu di penggantian California dari lalang tumbuhan tetap hijau oleh tahunan serbuan rumput ke seberang area luas terjadi sebagai hasil gangguan yang air dikurangi dan nitrogen taraf, dan tidak karena lalang semusim adalah kompetitor lemah. Untuk beberapa invasi sukses dari jenis yang jadi berlimpah-limpah sepanjang negara dan daratan, ini ambil lebih dari satu pengantar dan beberapa kasus kegagalan sebelum yang populasi telah dirikan (misalnya., Pimm, 1991; Veltman et al., 1996).
Seperti demikian, mereka mungkin bertambah potensial evolusiner dengan jenis serbuan sebagai respons atas tantangan dan alat penekan di alam lingkungan (Bossdorf et al., 2008). Pada jenis serbuan mungkin menguntung dari meliputi ini aspek sebagai satu mekanisme potensial memudahkan penetapan dari jenis alam lingkungan.
v  peningkatan mekanisme invasi Ekologis
Adapatasi merupakan salah salah satu pemicu berhasil atu tidaknya invasi. Dalam invasi setiap spsies akhluk hidup harus mampu beradaptasi dengan ligkungan yang baru. Satu jenis spesies dapat bertahan hidup apabila keadaaan ekologisnya mendukung. Baik itu keadaan iklim, letak geografis, dan ketersediaan makanan. selain itu, pemicu sukses atau tidaknya invasi adalah pemanfaatan efisien dari sumber daya makanan (yaitu., kemampuan kompetitif), dan laju pertumbuhan populasi. Namun, laju pertumbuhan populasi yang tinggi sendirian tidak cukup untuk membuat invasi sukses, akan tetapi laju pertumbuhan berhubungan dengan peningkatan fluktuasi di ukuran populasi.

C.  Taraf komunitas
Kemunculan suatu komunitas yang sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup komunitas yang sudah ada sebalumnya (local). Misalnya Di California, invasi dari semut argentine( Linepithema humile ) dipimpin ke disassembly dari komunitas semut lokal. Dimana semut Argentine hadir, komunitas semut local tampak acak dan dengan lemah terkumpul di satu tempat.
Ø  pengaruh dari invasi pada pola komunitas dan biodiversitas
Menurut Elton, peningkatan komunitas yang tinggi sangat berpengaruh pada invasi. Sehingga campur tangan dari manusia sangat dibutuhkan agar proses invasi lebih lancar. Lagipula, hewan dan komunitas pabrik di manusia mengatur habitat secara relatif baru dan oleh karenanya tidak boleh sepenuhnya pemenuhan dalam kaitan dengan jenis kesempurnaan. Khususnya, bahkan di baru-baru ini bergerombol, komunitas kaya jenis, komunitas daya tahan ke invasi banyak dengan umur ekologis, seperti halnya dengan peningkatan pada angka dari interaksi interspecific.
Kenetralan telah diketahui dapat membantu untuk menambahkan daya tahan komunitas untuk jumlah perubahan kepadatan. Secara eksperimen mengurangi kenetralan dari jenis padang rumput menghasilkan peningkatan invasi. Secara ringkas, walau tidak selalu menjadi pemicu faktor utama menyusutnya invasibility, kenetralan tampak memainkan satu peran penting dalam kemantapan komunitas dan daya tahan.
D. Kesimpulan
Invasi merupakan perpindahan/Pergerakan makhluk hidup secara besar-besaran yang melanggar batas dari satu daerah ke daerah lain. Dari segi pandangan ekologis, invasi dapat menimbulkan perubahan drastis terhadap komunitas yang mengubah struktur dan fungsi dari suatu kondisi ekologis.  Invasi meliputi invasi evolusioner dan invasi ekologis. Kenetralan telah diketahui dapat membantu untuk menambahkan daya tahan komunitas untuk jumlah perubahan kepadatan.


Laporan biodiversitas


A.Judul praktikum   : Implikiasi penanaman Magrove Di Torosiaje
B.Tujuan                    : Ingin mengetahui penanaman Magrove yang baik
C.Dasar teori
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus, dan tempat persinggahan bagi burung-burung migran.
Beberapa jenis mangrove yang terkenal:
htn-baka.jpg (220111 bytes)- Bakau (Rhizopora spp.)
- Api-api (Avicennia spp.)
- Pedada (Sonneratia spp.)
- Tanjang (Bruguiera spp.)







Peran dan   manfaat hutan mangrove :
Ø  pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai.
Ø  menyediakan berbagai hasil kehutanan seperti kayu bakar, alkohol, gula, bahan penyamak kulit, bahan atap, bahan perahu, dll.
Ø  mempunyai potensi wisata
Ø  sebagai tempat hidup dan berkembang biak ikan, udang, burung, monyet, buaya dan satwa liar lainnya yang diantaranya endemik.

Jika hutan mangrove hilang :
+ abrasi pantai
+ dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan
 +dapat mengakibatkan banjir
+ perikanan laut menurun
+sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang







D.Alat dan bahan
*      Alat
§  Kayu
§  Polibac
§  Tali
§  Sak
§                                                                         
*      Bahan
§  Tanah
§  Buah magrove
E.Langkah kerja                              
Rounded Rectangle: Menyiapkan lahan yang sudah siap di tanam mangrove.
 











G.HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan yang kami peroleh dari hasil konservasi yakni:
                                         





Gambar a. mangrove jenis api-api (Avicennia)
 






Gambar b.mangrove jenis Rhiszopora sp.





H.PEMBAHASAN
*      Deskritif tentang lokasi konservasi mangrove Di Torosiaje.Kab.Pohuwato
         Adapun lokasi tempat konservasi mangrove yakni berada di Torosiaje, tempat tersebut cukup baik banyak pepohonan disekitar jalan menuju ke lokasi tersebut,dimana tempat untuk mangrove yang sudah siap untuk penanaman,lahanya cukup baik,dan tanahnya pun lumpur.Hewan yang ada disekitar lahan tersebut ada kepiting,keong,burung, dan untuk bibit yang siap ditanam ada mangrove jenis Rhiszopora dan avesenia.

*     Penggenangan oleh air pasang

Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan kadang-kadang terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan. Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering.
Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (Avicennia alba) di zona terluar atau zona pionir ini.
Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis kendeka (Bruguiera spp.), kaboa (Aegiceras corniculata) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia caseolaris) dan bintaro (Cerbera spp.).Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan nirih (Xylocarpus spp.), teruntum (Lumnitzera racemosa), dungun (Heritiera littoralis) dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha).

*     Perkembangbiakan

Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya.Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.
Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (Rhizophora), tengar (Ceriops) atau kendeka (Bruguiera). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh.
Buah nipah (Nypa fruticans) telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, kaboa (Aegiceras), jeruju (Acanthus) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah propagul.
Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau selat bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (dormant) berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang vertikal di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur.








I.KESIMPULAN
         Adapun kesimpulan yang di peroleh dari hasil konservasi mangrove yakni: Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.






















DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2009. Prinsip-Prinsip Ekologi. Online. Tersedia di: http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi.
Anonym.. 2009. Habitat dan Relung. Online. Tersedia di: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=4&doc=4a6






















LAMPIRAN DOKUMENTASI KONSERVASI MAGROVE









Gambar 1. Saat pengambilan bibit             
  
                                                           





Gambar 3.peserta dan Pembina foto bareng bersama teman-teman Untad jurusan biologi